BISA BIKIN BRAND - BUKU
Bangun brand, pembeli akan mendatangi anda
“Setelah Anda membaca buku ini Anda akan paham bedanya jualan produk pakai Branding, Marketing dan Selling.”
ANDA dengan mudah bisa memilih jualan produk pakai ilmu selling , marketing atau branding.
​
Sebagai pengusaha kita harus tahu perkembangan mutakhir dunia bisnis. Karena pelaku bisnis dan konsumen sudah banyak berubah dibandingkan era-era sebelumnya. Ini tidak boleh diabaikan oleh para pengusaha yang fokusnya product centric sekalipun. Apalagi untuk teman-teman di usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang baru memulai bisnis dengan modal terbatas, tapi ingin menjadi besar dan mendunia. Perhatian dan pemahaman terhadap perubahan perilaku konsumen sangat penting, jika tidak bisa dibilang menentukan.
​
Menurut pengalaman saya pasar terus berubah. Perubahan itu tidak menunggu bisnis kita. Kitalah yang harus bergerak menyesuaikan diri. Zaman dulu yang besar memangsa yang kecil. Perusahaan besar ramai-ramai mencaplok pemodal kecil yang kebanyakan kurang luas pergaulan dan pandangannya. Sekarang sudah tidak begitu lagi. Yang cepat memangsa yang lambat, cepat mengadaptasikan produknya dengan tuntutan konsumen juga dalam melakukan perubahan sistem bisnisnya. Tahu dong yang lambat itu korporat dan yang lincah itu UKM. Kalau dulu kita hanya mengenal cabang perusahaan sekarang ada franchise yang cepat tumbuh mengatasi masalah permodalan, lokasi, dan sumber daya manusia. Karena anak sekarang punya semangat kolaborasi. Semangat berbagi.
Ada 3 macam cara jualan:
1. Jualan produk dengan Marketing, dengasn tujuan Brand Awarenes, dengan menciptakan demand, yaitu kebutuhan dan keinginan;
2. Jualan produk dengan Selling, caranya dengan teknik scarcity atau kelangkaan. Kalau belum berhasil, tawarkan insentif berupa diskon, hadiah, bonus, cashback atau price war.
3. Jualan produk dengan branding, cukup bagus-bagusan label, merek, logo, packaging atau website.
Tapi itu dulu. Saya menyebutnya era Marketing 1.0. Keadaan sekarang sudah banyak berubah. Secara garis besar buku ini akan menjawab persoalan:
Kalau Marketingnya 2.0, Selling dan Brandingnya bagaimana?
Kalau Marketingnya 3.0, Selling dan Brandingnya bagaimana?
Kalau Marketingnya 4.0, Selling dan Brandingnya bagaimana?
Menurut pengalaman saya meskipun ketika dipraktikkan berbeda-bebda, alangkah baiknya jika kita mengetahui dasar-dasar teorinya.
Berawal dari keprihatinan mendalam atas nasib 80 juta pelaku UMKM di seluruh Indonesia, yang belum cukup memiliki pemahaman tentang branding, marketing dan selling, maka saya, yang sedang rehat dari hingar bingarnya dunia periklanan yang telah membesarkan nama saya selama 50 tahun terakhir, memutuskan untuk keliling kota-kota besar di Indonesia, dengan suka rela menyebarkan ilmu branding.
​
Dalam pandangan saya, bila para pelaku usaha kecil menengah (UMKM) ingin survive bersaing menghadapi derasnya produk impor, mereka harus mulai membangun brand, selain tentu saja membuat produk yang bagus. Karena sesungguhnya apa yang dikonsumsi oleh konsumen itu bukanlah makanan yang masuk ke mulut mereka, melainkan rasa yang masuk ke benak mereka. Dan itu adalah brand.
​
Untuk itulah saya menyusun panduan branding secara sederhana agar bisa diikuti oleh teman-teman UMKM yang kebanyakan tidak suka dengan yang rumit-rumit. Dengan panduan itu saya keliling kota-kota besar di Indonesia, demi menyebarluaskan kesadaran akan pentingnya brand secara gratis.
​
Setelah dua tahun menjalin empati bersama para pelaku UKM, akhirnya saya menemukan format yang pas untuk menjadikan teman-teman pelaku UKM bisa-bikin-brand sendiri seperti yang tertulis sebagai judul buku ini.
​
Branding, marketing, dan selling adalah jargon yang paling banyak digunakan oleh pelaku UMKM tanpa pemahaman yang cukup akan arti sebenarnya. Buku ini saya tulis untuk memudahkan teman-teman pelaku UMKM, start up, dan mahasiswa yang ingin memiliki usaha sendiri, dengan pemahaman yang baik akan arti dari konsep-konsep itu.
​
Buku ini saya susun dari pengalaman saya menggeluti ketiga bidang tersebut selama lebih dari 50 tahun. Pengalaman saya sebagai praktisi branding dengan jam terbang sudah lebih dari 100.000 jam.
​
Bisa jadi buku ini tidak banyak beda dengan teori branding, teori marketing, teori selling yang sudah banyak beredar di pasar, tapi tafsirnya dalam bentuk tertulis maupun video, bisa jadi lain karena merupakan formula yang muncul dari pengalaman praktik 50 tahun ketika bisnis sedang berjalan namun tidak sesuai dengan rencana, alias 'when things go wrong'.