Brand yang Saya Besarkan
Latar Belakang
Pada tahun 1979 saya bersama 2 orang teman membentuk Advertising Agency baru dengan nama BB&E. Singkatan dari nama2 pendirinya yakni Baty, Biakto dan Erry Suhartono.
Baty ahli media planning dari IndoAd (Ogilvy & Mather). Biakto Creative Director Luberizki Advertising dan Erry Suhartono, Account Director dari Inter Vista.
Karena satu dan lain hal Erry mengundurkan diri sehingga tinggal B&B : Baty dan Biakto yang berkantor disebuah garasi di Jl. Mendawai IV no.4 Bulungan Kebayoran Baru
LIGNA Furniture ini sesungguhnya klien pertama dari B&B Advertising. Sehingga memiliki kenangan mendalam bagi saya.
​
Seperti telah saya ceritakan di ebook sebelumnya bahwa kosakata BRAND baru populer di tahun 2000. Sebelum itu ya kami semua berpraktek sebagai Advertising Agency yang tugas utamanya menciptakan Brand Awareness.
Namun demikian karena sejak tahun 1969 ketika saya menjadi praktisi packaging dimana tugas utamanya adalah menciptakan Brand Loyalty melalui packaging maka secara instinctif saya pun selalu membuat perencanaan periklanan untuk mencapai Brand Loyalty.
​
Nah inilah yang lalu menjadi Brand Strategy yang selama ini menjadi bonus bagi kampanye periklanan klien. Namun demikian dokumen Brand Strategy ini tidak pernah dipresentasikan ke klien hingga ada permintaan di tahun 1995.
​
Sebagai Agency baru, B&B Advertising banyak menulis surat perkenalan dan credential ke prospektif Client. Adalah pak Benny Marketing Director Ligna Furniture yang pertama kali merespons mengundang saya ke kantornya di KS Tubun IIc.
​
Ketika saya berada diruangan beliau pak Benny berkata “Pak Bi, kami ingin mengiklankan Ligna Furniture. Dimulai dengan pembuatan broshure untuk produk2 baru Ligna saat itu"
​
Seperti kita ketahui Ligna Furniture sudah mengekspor produk2nya ke Amerika bahkan punya kantor perwakilan disana. Menurut pak Benny mulai tahun 1979 akan memasarkan produk2 Ligna ke dalam negeri. Karena itu beliau meminta tolong B&B Advertising untuk membuat iklannya.
​
Ligna Furniture punya range produk yang sangat lengkap. Dari perabotan rumah tangga sampai ke furniture kantor. Saking lengkapnya saya usulkan di broshurnya menampilkan photo2 ruangan dalam sebuah rumah seperti Ruang Tamu, Ruang Makan, Ruang Tidur Utama, Ruang tidur anak2 lengkap dengan meja belajarnya dan studyroom sebagai representasi ruang kantor.
​
Usul disetujui. Muncul problem berikutnya.
​
“Apa ada rumah contoh dengan full perabotan Ligna?” tanya saya
​
“Gak ada” Jawab pak Benny
Berarti kita musti sewa rumah untuk pemotretan. Muncul problem berikutnya. Diperlukan berapa truk untuk mengangkut furniture dari pabrik di Cibinong. Akhirnya kita putuskan membuat set di Pabrik
​
Saya pun membuat rencana set rumah yang mudah dirubah2 alias knockdown di pabrik. Kami minta pabrik membuat bermacam-macam set rumah seperti kusen dengan pintunya, set dinding, partisi2 kamar dan lain2nya.
​
Setelah menunggu satu minggu persiapan sampailah pada hari H yang telah ditentukan. Saya mengangkut 1 truk property dari rumah. Ada gordyn, ada sprei kamar ortu dan kamar anak, ada jam dinding, ada grandfathers clock, ada gitar, ada duble dan ratusan barang lainnya.
​
Sebagai perusahaan yang baru berdiri kami belum mampu membayar art director dan creative team. Maka saya pun kerja rangkap termasuk bikin set, art directing dan supervisi photography. Dan saya pun menginap 3 malam di pabrik Liga bersama photographer Kwi Lung dan satu orang asistennya.
Pelaksanaan
Identifikasi Masalah :
1. Launching produk furniture Rumah Tangga dan Kantor
2. Konsep simple streamline furniture terbuat dari kayu Ramin
3. Media yang tersedia koran dan Radio saja
4. Iklan di Media TVRI dilarang oleh pemerintah
​
Solusi :
1. Membuat iklan Majalah dan iklan radio
2. Mencetak broshure dan leaflet sebanyak2nya
3. Ikut berbagai pameran Furni Fair
​
LIGNA FURNITURE:
1. Awalnya saya terkecoh dengan menjual furniture SATU RUANGAN.
2. Terpikir oleh saya bahwa anda membeli furniture ruang tidur yang terdiri dari tempat tidur, lemari pakaian dan meja rias saat anda menikah. Sudah itu bisa sampai 10 tahun anda tidak membeli yang baru. Demikian juga meja makan, meja ruang kantor.
3. Satu2nya furniture yang paling sering diganti adalah SOFA ruang tamu dan SOFA ruang keluarga. Bisa ganti setiap lebaran
4. Karena itu branding LIGNA harus fokus kepada SOFA.
​
• Pada awalnya tanpa disadari Ligna masuk kedalam kategori yng diberikan oleh pasar. Dimana disitu sudah banyak pemain handal seperti Kamal Furniture dll
​
- Setelah saya survey kecil-kecilan saya temukan ternyata perabotan seperti Tempat tidur, Lemari baju, Meja Rias, Meja dan kursi makan ternyata dibeli sekali seumur hidup pada saat pernikahan atau pindah rumah. Tenyata hanya SOFA yang dibeli setiap menjelang Ramadhan buat menyambut tamu yang datang bermaafan.
​
• Saya sarankan kita ciptakan kategori baru yakni Furniture khusus SOFA. Walaupun nampak kecil di banding volume keseluruhan furniture tetapi memiliki potensi growth yang lebih besar
​
• Karena mungkin market sofa ini tidak dianggap besar maka Ligna pun menciptakan kategori baru sofa yang “Kalau sudah duduk lupa berdiri” dan menjadi yang pertama disitu.​
​​
- Dengan tagline tersebut Ligna menciptakan kategori baru dan terciptalah positioning "Kalau mau sofa yang saking nyamannya bikin orang lupa berdiri" ya sofa LIGNA.
​
Dengan tujuan fokus ke SOFA maka kategori baru berbasis added Value YANG NYAMAN DIDUDUKI telah membuat LIGNA menikmati pelonjakan sales yang signifikan
​
Sayangnya saat itu iklan di TVRI dihentikan sejak tahun 1981 sampai dengan 1989. Andaikata saja pada tahun 1981 itu sudah ada iklan televisi barangkali saja hasilnya bakalan meledak dengan cepat.
​
Meski demikian, tanpa media televisi pun penjualan Ligna Furniture khususnya SOFA cukup meledak dan membuat pak Benny happy.
​
Saking happynya beliau menjanjikan akan memperkenalkan saya dengan sister company yang masih berada dalam satu grup Djarum yakni POLYTRON.
​