Teknologi telah mengubah model komunikasi pemasaran tradisional. Akibat, munculnya model interaktif Web 2.0 menggantikan model pasif Web 1.0. Platform ini membuat konsumen saling terhubung, berbagi, dan berkolaborasi yang berpengaruh kuat terhadap pemasaran sebuah produk/layanan.
Media sosial membuat konsumen bukan sekadar penerima pasif, namun memiliki peran aktif, mulai dari desain produk hingga pesan promosi produk (Berthon, et.al, 2007). Media sosial telah menciptakan model bisnis baru melalui konektivitas dan interaktivitas pelanggan yang menghasilkan konten yang mampu mempengaruhi pelanggan saat ini, bahkan calon pelanggan. Perkembangan media sosial telah merevolusi model pendekatan pemasaran (Walmsley, 2010).
“Marketing can no longer solely be about capturing attention via reach; instead, marketers must focus on both capturing and continuing attention via engagement.” (Hanna, Rohm, & Crittenden, 2011.
Lebih lanjut, Li dan Bernoff (2008) mengelompokkan audiens/konsumen yang aktif di media sosial berdasarkan lima jenis perilaku sosial, yakni: CREATORS (mempublikasikan, mengunggah); CRITICS (komentar, menilai); COLLECTORS (save, share); JOINERS (subcribe, follow); dan SPECTATORS (membaca, menonton). Oleh sebab itu, Moriuchi (2016) mengingatkan pemasar saat ini harus mampu mengenali konsumen dengan kelima perilaku ini untuk merancang strategi pemasaran yang tepat di media sosial.
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan pak Bi, di era media sosial yang dinamis, pelaku usaha harus siap untuk beralih dari pendekatan 4P (Product, Price, Place, Promotion) ke 4E (Evangelist, Engagement, Everywhere, Excitement).
Mau tahu lebih lengkap tentang 4E ? Akan dibahas tuntas di Workshop BRANDING MARKETING SELLING 1.0 – 4.0 di tanggal 14-15 Oktober ini. Silahkan daftar di biolink @subiakto atau langsung ke www.linktr.ee/subiakto atau juga bisa hubungi admin kami pak Kasim di 085223944575.