Konon, suatu ketika ada sebuah desa di pelosok Papua yang penghasilan utamanya adalah pisang.
Banyak sekali pisang enak yang dihasilkan dari tanah subur di desa tersebut. Selain manis, besar-besar, dan konon khasiatnya sangat bagus untuk kesehatan.
Itulah mengapa, penduduk di sana banyak yang menggantungkan hidup dari hasil jualan pisang. Tapi, karena daerahnya terpencil, mereka harus menjual pisang tersebut ke kota dan menempuh jarak 30 km-an. Dengan infrastruktur yang masih belum bagus, mereka harus jalan kaki, mengarungi sungai, dengan membawa satu dua tandan pisang per orang.
Sampai di pasar kota, pisang itu sudah langsung Laris manis. Uang pun didapat.
Mereka segera pulang ke kampungnya lagi. Sudah tradisi membawa oleh-oleh ke rumah. Dan… yang paling dinanti adalah oleh-oleh PISANG GORENG.
Ya.. jauh-jauh ke kota, jualan pisang yang kemudian dibeli sebagai oleh-oleh pisang goreng dari hasil jualan pisang.
Ada yang merasa lucu dengan kisah tadi?
Sebagian teman saya tertawa mendengar kisah itu. Jauh-jauh ke kota jualan pisang kok oleh-oleh pisang juga? Kenapa tidak menggoreng sendiri?
Aneka tanggapan muncul saat tahu kisah ini.
Tapi…
… , tawa itu berubah jadi hening, ketika saya bilang INILAH YANG TERJADI PADA SEBAGIAN BESAR ORANG INDONESIA!
Air diambil dari Indonesia, diolah jadi A*ua, dijual lagi ke kita, dan uangnya diambil perusahaan dari luar negeri.
Sepatu keren dibuat orang Indonesia, dibawa ke luar diberi cap N*ke, dan dijual lagi ke Indonesia dengan harga berkali-lipat, dan bangga memakainya.
Kopi-kopi terbaik di Indonesia, dibeli dan diolah St*rb*cks, dibeli dengan harga berkali lipat oleh orang Indonesia.
Kisah di atas saya dapatkan dari teman2 yang menginisiasi gerakan Beli Indonesia.
Sebuah gerakan yg mendukung bangga menggunakan produk Indonesia, meski lebih mahal dan kualitasnya belum sebagus produk asing, jika kita mau membelinya maka 250 juta penduduk Indonesia akan lebih sejahtera.
Produk sendiri, dibeli sendiri, ekonominya dinikmati masyarakat Indonesia.😊😊😊