Ketika ada himbauan untuk membenci produk asing saya bertanya tanya dalam hati.
Yang mana yg dimaksud?
1. Produk Asing Brand Asing
2. Produk Lokal Brand Asing
3. Produk Asing Brand Lokal
4. Produk Lokal Brand Lokal
Apa penjelasannya pak Bi?
1. Produk Asing Brand Asing. —> produk yang dibuat di luar Indonesia dengan merek luar juga. Contohnya IKEA, Hermes, Louis Vuitton, Uniqlo, Zara, dll
2. Produk Lokal Brand Asing —> produknya di fabrikasi di Indonesia tapi mereknya merek Asing. Contohnya Nike, Adidas, Starbuck, McD, KFC, dll dll.
3. Produk Asing Merek Lokal —> produknya di maklon di luar Indonesia dikasih merek Indonesia. Contohnya Krisbow, Ace Hardware, dll dll.
4. Produk Lokal Brand Lokal —> produknya buatan lokal dan mereknya pun lokal. Contohnya hijab Elzata, Vanila Hijab, Tuku, Kopi Kenangan, Rendang Katuju, nasi Rempah Sahla, dll dll.
Jadi produk asing yang mana nih?
Ditengah ketidak jelasan saya mencoba mengusulkan satu solusi sederhana.
Lawanlah produk asing dengan produk KERAIFAN LOKAL.
Mengapa?
Kearifan lokal memiliki value (nilai) historis yang tinggi yang sudah mengakar berabad abad lamanya di bumi pertiwi.
Kalau sampai generasi Millenial gandrung sama produk asing itu karena kesalahan kita ‘BERHENTI BERCERITA’.
Berhenti menceritakan daya magis kearifan lokal kepada generasi muda yang malah sudah ‘tersihir’ oleh KPop dan cerita Drakor.
Padahal pendulum Brand sedang berpihak kepada ‘Social Movement’ dimana pada jaman sekarang Brand yang dipuja adalah Brand yang memiliki gerakan keperdulian sosial lokal.
Peringatan buat Brand lokal yang mengimpor komoditas dari luar mengejar harga murah tapi hanya mengedepankan profit dan kapilatistik.