Kelahiran Probolinggo yang dikenal sebagai kota Mangga, salah satu buah kesukaan Pak Bi. Masa kecil pak Bi sering berpindah kota, dari Probolinggo pindah ke Semarang, Jogja hingga Solo, dan akhirnya ke Jakarta pada saat pak Bi duduk di kelas 2 SMA dan lulus SMAN IX Bulungan (sekarang SMAN 70) tahun 1967.
Terlahir dari keluarga yang dekat dengan seni, maka tak heran Pak Bi dan anak2 hingga cucu pun memiliki keahlian mulai dari tari, musik, lukis dan menyanyi. Percaya gak Pak Bi juga pandai menari Jawa dan selalu menjadi Gatot Kaca di setiap penampilannya karena pak Bi tampil luwes dan cakap dalam gerakan tari Jawa ksatria.
Perjalanan karir yang panjang mulai dari kerja di perusahaan, berpartner, hingga akhirnya pada tahun 1989 mendirikan PT Hotlinetama Sarana atau dikenal Hotline, sebuah perusahaan konsultasi yang bergerak di periklanan.
Pada periode masa tersebut, industri periklanan sangat maju. Saya sendiri praktisi periklanan sejak tahun 1990 saat dimana Agency Service Fee berlaku 17,65% untuk seluruh client dan agency. Artinya dengan fee yang sama, persaingan terjadi pada kreatifitas dan service.
Saat itu, hampir semua Client besar dan kecil ingin punya iklan yang masuk di TV. Mereka pun akan menyiapkan budget TV yang besar. Sebagian besar Client datang ke Hotline dengan tujuan ingin punya iklan yang nendang; iklan yang diliat sekali, orang langsung beli.
Client pun minta Pak Bi membuatkan TAGLINE yang nendang. Maka lahirlah tagline2 yang diingat sampai sekarang seperti Kalau Sudah Duduk Lupa Berdiri, Gantinya Ngopi, Mana Lagi Selain di McD, Ini Biangnya Buat Apa Botolnya, Nyamuk Sini Cuma Takut Tiga Roda, Cuma BuKrim yang Bisa Begini, Panasonic Iya Sih sampai dengan Bersama Kita Bisa dan lainnya.
Kelihatannya iklan, tapi yang terjadi dibalik ini adalah membangunĀ BRAND. Dimulai dengan terciptanya ikatan emosi. Brand masuk ke otak bawah sadar dan duduk manis disana š