Waktu itu saya baru saja resign dari PT Guru Indonesia The Modern Packaging Company pertama di Indonesia.
Gara gara saya merasa menjadi “Kodok besar dikolam kecil” yang maknanya merasa paling pinter di wilayah kecil packaging.
Saya butuh tantangan lebih besar. Maklum anak muda
Jadi saya melenggang masuk ke dunia advertising yang gak hanya bikin merek dan logo buat packaging.
Setelah masuk baru sadar kalau Advertising itu bagian dari Marketing.
Maka saya lahat semua buku Marketing kalangan Otto Klepner dan Phillip Kotler.
Pada tahun 1976 saya diminta menjadi pembicara di seminar PPPI – Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia membawakan Majalah Marketing Strategy.
Ketika saya dengan sok tau mengatakan bahwa Marketing Strategy ada 14 Mix maka para hadir in pun manggut-manggut kecuali satu orang yakni Bapakk Adnan Putra. Alm.
Turun dari panggung saya dipanggil beliau lalu beliau bilang pendek “Mau jadi murid saya? Kalau mau datang ke Setiabudi” sambil menyerahkan Kartu nama.
Saya gak langsung bilang “mau” karena saya gak kenal orang ini.
Lalu saya cari tau kanan kiri Ternyata beliau pensiunan Letkol yang jebolan Harvard di tugasi mengajarkan Dwi fungsi.
“Marketing Mix itu ada 4P. Product. Price. Place dan Promotion. Bukan 14 Ya”
Saya malu ya minta ampun. Baru dengan sok tau ‘mengajak’ Marketing mix 14 buah di seminar besar Ternyata salah.
Ternyata saya salah OPLOS ILMU Marketing dari buku dan seminar yang saya ikuti.
Ternyata merasa bisa itu berbahaya buat reputasi saya dan membahas akan orang lain.
Sejak saat itu saya berteman belajar Jangan nanggung. Sekalian belajar ilmu yang benar.
Sejak saat itu pula saya berhenti jadi orang yang sok tau.
“Saya bukannya sok tau. Tapi saya itu tau dan sok hehehe”