Ketika Anda mendengar nama Hotel Indonesia Kempinski, apa yang terlintas di kepala Anda? Sukarno, hotel bersejarah, atau salah satu lambang ibukota?
Workshop offline eksklusif Bisa Bikin Brand (BBB) sudah diadakan dua kali di Pelataran Ramayana yang berada di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat pada bulan Juni dan September. Mengadakan workshop branding untuk UKM di hotel bintang lima ini merupakan sebuah kesempatan yang spesial bagi kami keluarga besar BBB karena kisah dan sejarahnya.
Dirancang oleh arsitek Amerika Serikat Abel Sorensen dan istrinya, Wendy Sorensen, Hotel Indonesia adalah hotel pertama di Indonesia yang dibangun dengan standar internasional. Hotel ini diresmikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno pada 5 Agustus 1962 untuk menyambut Asian Games ke-4 yang diadakan di tahun itu.
Oh iya, tahukah Anda kalau Pelataran Ramayana di mana workshop offline eksklusif BBB digelar adalah bangunan yang spesial? Multifunction venue yang juga dikenal sebagai Ramayana Terrace ini merupakan tempat yang sama di mana Bung Karno meresmikan Hotel Indonesia 60 tahun yang lalu. Bangunan berbentuk kubah ini berada di area outdoor yang kini dikelilingi oleh kolam dan bangunan kaca hotel serta East Mall Grand Indonesia (GI), menjadikannya seperti bangunan bersejarah yang diapit oleh modernitas.
Sebagai salah satu hotel tertua di Indonesia, dan juga hotel bintang lima pertama di Asia Tenggara, Hotel Indonesia Kempinski dinilai sebagai salah satu kebanggaan negara. Lokasinya yang strategis di tengah kota dan menghadap Monumen Selamat Datang — yang juga dibangun untuk menyambut para tamu mancanegara yang mengunjungi Jakarta untuk Asian Games — menjadikan Hotel Indonesia sebagai salah satu landmark ibukota dan negara yang bersejarah.
Salah satu elemen hotel yang masih ada adalah elevator pertama yang ada di Indonesia, yang masih berfungsi hingga saat ini. Bangunan hotel ditetapkan sebagai cagar budaya atau national heritage oleh Pemda DKI pada Maret 1993. Hotel Indonesia direnovasi total dari tahun 2004 hingga 2009, di mana di tahun itu dibuka sebagai Hotel Indonesia Kempinski setelah pengelolaannya diambil oleh salah satu grup hotel mewah tertua di Eropa, Kempinski Hotels S.A.
Kalau kita bicara tentang hotel bintang lima, kita acap kali terpikir untuk merasa “terintimidasi” di sana, entah karena bangunan dan interiornya yang mewah, harga makanan dan kamar yang mahal, atau ekspektasi-ekspektasi lainnya yang seharusnya tidak dikhawatirkan. Namun, kami merasa Hotel Indonesia Kempinski terasa seperti “rumah” bagi BBB melalui kehangatan dari para staf hotel, serta sejarah dan budaya Indonesia yang dapat kami lihat dan rasakan di sana.
Sejak pertama kali menjejakkan kaki di hotel, baik di lobby utama maupun pintu masuk dari East Mall GI, kami disambut ramah oleh staf dan security yang bertugas di sana. Tak jarang kami berbincang kecil dengan mereka, membicarakan tentang workshop BBB karena kaus yang kami pakai dan apa yang kami lakukan di sana.
Selama workshop berlangsung, peserta menyantap beragam snack, appetizer, makanan utama, hingga dessert dari menu khas Indonesia, Chinese food, serta menu internasional lainnya yang menggugah selera. Namun, kami juga memiliki pengalaman spesial breakfast buffet di Signatures Restaurant yang terletak di salah satu sisi lobby, satu di antaranya adalah bubur ayam HI yang terkenal.
Konon, menu bubur ayam ini adalah makanan yang disantap para sosialita setelah berpesta semalam suntuk di Nirwana Supper Club, klub dansa ternama era 1962-1970an, yang berada di lantai 16 hotel. Menariknya, bubur ayam awalnya tidak termasuk dalam menu restoran. Namun, karena permintaan yang tinggi dari mereka yang menginginkan makanan hangat di pagi hari, Sous Chef Bambang Sugeng akhirnya menambahkan bubur ayam ke menu di pertengahan 70an.
Untuk rasanya sendiri, kami merasa bubur ayam HI memiliki kekentalan yang pas dengan kuah kuning yang gurih, dilengkapi dengan ayam dan berbagai topping seperti sayuran asin, abon, dan bawang goreng.
Saat sedang menyantap bubur ayam tersebut, kami terpukau saat seorang waitress melewati meja kami untuk menawarkan berbagai jamu dengan menggunakan trolley. Lengkap dengan ajakan khas penjual jamu gendong atau mbok jamu seperti “Jamu, jamu, siapa mau jamu?” kami mengambil kunyit asam untuk diminum pagi itu. Pengalaman yang “Indonesia banget” seperti ini tentunya jarang, atau bahkan tidak pernah, ditemukan di hotel bintang lima lainnya.
Maka dari itu, beruntunglah bagi para alumni Workshop Offline Eksklusif BBB karena bisa belajar branding secara mendalam langsung dari Pak Bi serta merasakan pengalaman spesial di Hotel Indonesia Kempinski. Untuk teman-teman UKM lainnya, jangan kecil hati karena workshop ini rencananya akan kembali untuk batch ketiga di awal tahun 2023!
Bagi yang sudah tidak sabar ikut workshop, Anda bisa mengikuti workshop online Branding Marketing Selling 1.0 – 4.0 yang diadakan melalui Zoom pada Jumat, 14 Oktober hingga Sabtu, 15 Oktober 2022 pukul 19.00-22.00 WIB. Pantau terus akun media sosial Bisa Bikin Brand serta Bukan Akademi di Twitter dan Instagram agar tidak kelewatan kabar workshop terbaru!
Penulis: Nadia VH