Belum lama ini, Pak Bi melakukan Instagram Live bareng Dr. Indra Cahya Uno, seorang pengusaha dan pendiri gerakan sosial OK OCE, untuk membicarakan mengenai kemungkinan resesi tahun 2023.
Pak Bi bilang ide Instagram Live bersama Indra Uno ini berawal dari ketika beliau mengunggah postingan tentang peringatan bahaya resesi di tahun 2023 oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani. Indra menyapa Pak Bi lewat chat, ia mengatakan kalau resesi ini menjadi ancaman yang serius hingga akhirnya sepakat untuk ngobrol bareng di Instagram Live.
Kalau teman-teman perhatikan, akhir-akhir ini Pak Bi cukup sering mengunggah tentang ramalan resesi ekonomi di akun Instagramnya. Bagi Indra, kata “resesi” dari kacamata awam atau masyarakat pada umumnya nggak terlalu ada makna, karena lebih terasa sebagai indikator ekonomi negara atau ekonomi pada skala besar. Sementara itu, masyarakat lebih banyak bergulat dengan ekonomi keseharian atau ekonomi mikro.
“Jangan-jangan semua pesan-pesan yang disampaikan oleh pemerintah dan diteruskan oleh Pak Bi banyak yang belum dapat gambaran besarnya, seperti apa dampaknya ke ekonomi keluarga atau ekonomi pribadi,” kata Indra.
Kata Pak Bi, krisis moneter (Krismon) tahun 1997 itu disebabkan oleh karena tidak adanya uang di pasar atau yang dipegang masyarakat.
“Kami yang praktisi di lapangan juga agak kelimpungan, karena ini bukan cuma krisis nilai tukar [dolar AS ke rupiah] jadi Rp15.000 waktu itu, tapi karena krisis ini disebabkan oleh tidak adanya uang di lapangan. Kalau ini tidak diantisipasi maka akan menjadi stagflasi, atau inflasi yang terjadi karena semuanya berhenti,” kata Pak Bi.
Konon, UKM-lah yang menyelamatkan perekonomian Indonesia dari jurang keterpurukan Krismon 1997.
“Sebenarnya jawabannya ada di situ: yang menyelamatkan resesi di negeri kita adalah UKM kita,” ujar Pak Bi.
Saat itu, klien-klien besar Pak Bi panik, mereka bahkan takut untuk menaikkan harga 100 perak pun karena, mengutip kata mereka, tidak ada uang. Namun, beberapa klien yang mengalami ketakutan malah menjadi semakin besar di saat resesi waktu itu, seperti Indomie, Kopiko, ExtraJoss, dan McDonald’s.
Kata Pak Bi, teman-teman UKM perlu mengetahui informasi tentang resesi agar tenang, bukannya panik. Pemerintah di mana pun menggunakan bahasa yang “direct” atau apa adanya untuk berkomunikasi dengan rakyatnya, yang terkadang membuat mereka yang tidak mengerti menjadi panik.
Saat ini hanya sedikit tokoh di pemerintahan yang concern dengan resesi, salah satunya Menteri Sri Mulyani. Sebagai community leader, ia mengingatkan kalau asal tahu caranya, resesi bisa kita atasi.
Apa itu resesi menurut Prof. Indra? Ia mengakui kalau ia “harus bertanya ke Google.” Kalau diperhatikan, istilah resesi atau krisis itu tidak setiap tahun kita pakai. Keduanya adalah suatu istilah yang muncul dari waktu ke waktu dan kalau dilihat secara periodik, dari yang secara umum terjadi setiap 10 tahun sekali, kini intervalnya semakin dekat.
Banyak juga negara-negara besar yang mainnya di ekonomi yang tidak kasat mata, atau yang tidak terlihat. Atau kita sering menyebutnya sebagai bubble economy, dan dinding gelembung biasanya tipis banget sehingga mudah pecah.
Contohnya, Prof. Indra adalah salah satu anggota dewan komisaris di media dan ia melihat perusahaan retail regional yang tadinya getol memasang iklan, mereka kini mulai mengurangi belanja time slot untuk mempromosikan produknya.
Sementara itu, grup perusahaan nasional masih tetap melakukan belanja slot iklan seperti biasa. Setiap negara memiliki kinerja ekonomi yang berbeda-beda dan Indonesia memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh negara lain, yaitu jumlah populasi yang besar. Ada sekitar 270 juta penduduk Indonesia, dengan kira-kira setengah dari total populasi adalah kalangan produktif.
Salah satu hal yang dipikirkan oleh Prof. Indra adalah pemerintah kerap mendengungkan informasi mengenai ekonomi yang gelap, atau akan ada sesuatu yang berbahaya dan menyulitkan Indonesia di tahun 2023. Namun, informasi yang bersifat fear atau ketakutan tersebut tidak dibarengi dengan komponen hope atau harapan.
Kalau Indonesia bisa selamat dari Krismon 1997 berkat UKM, Prof. Indra memperkirakan hal yang sama juga bisa terjadi di krisis atau resesi yang akan datang. Kalau dilihat dari faktanya, sekitar 60 persen dari ekonomi Indonesia ditopang oleh aktivitas jual-beli Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kita memiliki harapan besar di sini, namun daya beli masyarakat cukup menurun dalam beberapa tahun terakhir dengan penyebab utama pandemi COVID-19.
Untuk penjelasan selengkapnya, teman-teman dapat menyaksikan rekaman Instagram Live Pak Bi dan Prof. Indra selengkapnya di bawah ini:
https://www.instagram.com/reel/CkDy9Bip9Bp/
Penulis: Nadia VH