
“Your personal brand should represent the VALUE you are able to consistently deliver to those whom you are serving” – Glenn Llopis
Apakah diri saya bisa menjadi BRAND? Kan kata pak Bi semua yang memiliki nama bisa menjadi sebuah brand. Jawabannya adalah BISA. Anda mau tahu caranya? Silakan simak tulisan singkat saya berikut ini.
Pertama-tama berdirilah di depan cermin. Kenalilah tubuh Anda. Apakah ada sesuatu yang unik yang mudah dikenali dari fisik anda? Wajah dan tubuh Anda ibarat logo yang menjadi pengenal. Karena itu perlu tampilan fisik yang unik. Tampilan fisik yang mudah dikenali publik.
Misalnya saya sendiri. Tampilan fisik dari diri saya yang mudah dikenali adalah kumis + jenggot serta rambut saya yang dikuncir. Untuk memperkuat keunikan supaya mudah dikenali, saya menambahnya dengan mengenakan T-Shirt warna hitam dan celana jeans tiap hari.
Sekarang Nama. Nama ibarat merek. Beruntunglah jika Anda memiliki nama yg unik yang hanya dimemilikii satu dari sejuta otang. Nama Subiakto tidak unik. Banyak sekali yang memakai nama itu. Jadi saya menciptakan nama panggilan ‘Pak Bi’. Dari semua nama Subiakto, cuma saya yang Pak Bi.
Contohnya lagi. Nama Joko Widodo itu nama pasaran. Banyak yang memakai nama itu. Langkah yang cerdas mengubahnya menjadi Jokowi. Nama Bambang dan Susilo juga nama sejuta umat. Yudhoyono baru unik. Namun, itu kepanjangan. Langkah pertama mengubahnya menjadi SBY.
Bagi Anda yang memiliki wajah dan nama sejuta umat, mau tidak mau Anda harus memiliki ‘kelakuan’ yang luar biasa unik. Kelakuan ‘unik’ Anda bisa pilih salah satu. Linier tapi spektakuler atau paradoks alias sangat tidak lazim.
Kelakuan unik Anda bisa dilihat dari 3 titik. Masa lalu, sekarang, atau masa depan. Apa yang sudah , sedang, dan akan Anda lakukan. Value seseorang bisa diambil dari kompetensi atau bakat yang ada pada dirinya yang saya sebut sebagai “Brand DNA”.
Bila tidak memiliki kompetensi/ bakat, value bisa juga dilekatkan pada diri sesorang meskipun tidak ada hubungannya. Branding itu butuh positioning. Namun, bagi saya, Positioning adalah “being the FIRST”. The First in category.
“If you can’t be the FIRST in category, you always can be the FIRST in NEW category where you can create one”. Itu menurut saya. Ingat definisi positioning, yakni menciptakan kesan yang berbeda dalam pikiran publik. Unik dan pertama.
Positioning adalah jendela baru dalam pikiran untuk mempengaruhi perilaku, sikap, dan pendapat tanpa disadarinya. Inilah yang saya sebut manipulasi. Positioining yang tepat akan membuat kita keluar dari ‘red ocean’ dan masuk ke ‘blue ocean’. Meskipun Anda memiliki kompetensi yang kuat, tapi bukan ‘The First in category’, maka Anda memasuki arena ‘red ocean’.
Dalam hal ini, Anda perlu nilai tambah agar masuk ke persaingan Monopolistic. Yakni untuk menjadi yang pertama dalam sebuah kategori. Sederhananya, added value yang menciptakan kategori baru itu cukup menambahkan kata ‘yang’. Misalnya “Bakso (yang) segede bola tenis’. Atau ‘Bakso (yang) segeda kelapa’. Dengan menambahkan kata ‘yang’, kita sudah menciptakan kategori. Red ocean adalah lautan yang menjadi merah karena darah ikan Hiu yang saling memakan karena sudah tidak ada makanan lagi.
Yang perlu diingat, ciptakan kategori baru yang sulit diikuti pesaing sehingga Anda bisa memonopoli Blue Ocean dalam masa yang lama. Paling hebat adalah kategori baru yang bersifat Paradoks. Misalnya, di pasar permen rasa kopi Anda ciptakan kategori kopi berbentuk permen.
Di pasar yang dipenuhi capres jaim, Anda menciptakan kategori baru capres yang merakyat. Ini memanipulasi, tapi itulah ‘personal branding’. Dalam kategori baru ini Anda harus memenuhi tiga syarat. Syarat itu adalah unik, relevan, dan meaningfull.
Unik. Anda memastikan bahwa Anda ‘the first in the New Caregory’. Sesuai dengan yang dibutuhkan atau diinginkan oleh publik saat ini. Mematahkan teori bahwa branding butuh waktu minimal 5thn #Brand
Meaningful. Anda menciptakan makna yang baru yang membuat kategori lama kehilangan makna. ‘Shifting The New Rules of Competitions’
Sekian serial tweet yang menjelaskan bahwa sebenarnya Branding memang manipulatif. Meski Brand yang baik memberi manfaat untuk publik. Semoga