Sekali Lagi Tentang Workshop Bisa-Bikin-Brand

BBB#7 Jakarta 1

Indonesia punya 75.000 desa. Kalau setiap desa bisa jadi BRAND, maka Indonesia bakal punya 75.000 BRAND.

Mungkin. Karena definisi BRAND adalah ikatan emosi antara produk dgn konsumennya. Maka produk2 hasil desanya otomatis sudah punya ikatan emosi dgn penduduknya yang lazim kita sebut Captive Market dan masyarakat Indonesia umumnya

Kalau Indonesia bener Bisa-Bikin-Brand sebanyak 75.000 maka tak ada lagi ruang buat BRAND luar masuk ke Indonesia karena sifatnya cuma jadi trend saja. Restoran baru buka palingan cuma tahan setahun. sudah gitu pulang kenegaranya. Karena lidah orang Indonesia bakal balik ke selera asal.

Untuk membangun 75.000 Brand, dengan kapasitas 5 desa per orang maka saya butuh 15.000 orang yang Bisa-Bikin-Brand. Ditahun pertama kalau bisa tercapai 1.000 orang saja sudah lumayan. Saya baru punya 177 alumni BBB. Masih kurang 823 orang lagi untuk tahun ini. Didorong oleh cita2 ini maka saya membuat gerakan Indonesia Bisa-Bikin-Brand.

“Ya tapi bayarnya mahal pak. Rp 2.000.000” kata beberapa calon peserta yang sebenarnya berminat tapi masih ragu.

Mahal?

Workshop Bisa-Bikin-Brand ini berlangsung rata2 12 jam. 2jam pertama mengulang kembali dasar2 ttg BAND. 2jam berikutnya penjelasan tentang 15-Steps-To-Branding,  2jam ketiga peserta dipersilahkan kerja praktek menyusun Brand Plannya masing2 dengan supervisi pak Bi, dan 6jam berikutnya presentasi peserta didepan kelas untuk ‘dibantai’ oleh peserta lainnya. Sistim seperti ini membuat peserta menyerap 90% ilmu Branding yang hari itu saya berikan. Kok bisa?

Ya. Lecture, kelas, seminar, talkshow hanya terserap 7%. Dengan hardcopy akan naik menjadi 10%. Ditambah audio-visual naik menjadi 20%. Ditambah Demonstration naik ke 30%. Ditambah dengan tanya-jawab dan diskusi akan naik menjadi 50%. Ditambah dengan keterlibatan peserta mengerjakan sendiri brand plannya pemahamannya akan naik menjadi 75%. Nah, dengan mempresentasikan dan bertahan dari serangan peserta lainnya saat presentasi akan membuat pemahamannya naik menjadi 90%. Hanya itu? Berhenti di kelas?

Tidak. Alumni diundang masuk kedalam grup alumni sebagai media untuk konsultasi dengan pak Bi dan dijawab langsung secara pribadi. Didalam grup alumni peserta bisa saling mambangun networking dengan peserta dari kota lain secara pesertanya datang dari banyak penjuru di Indonesia. Hanya itu?

Tidak. Pada saat alumni sudah mencapai minimal 200 orang pak Bi sudah merancang Workshop lanjutannya yakni Workshop Brand-Activation. Bagaimana mangaktivasi Brand dalam benak konsumen dengan instrumen komunikasi yang tersedia. Dan Workshop paling advance adalah Workshop Brand-Disruption. Workshop yang melatih alumni membuat Brand-nya mampu menggilas Brand pesaing. Kelas-kelas lanjutan ini khusus bagi alumni BBB alias Bisa-Bikin-Brand.

Masih mau bilang mahal?

“Buat investasi leher keatas gak ada istilah mahal” kata pak Laksita Suhud guru bisnis saya.

Yang penting mari join gerakan Indonesia Bisa-Bikin-Brand. Setiap alumni bertanggung jawab ngebranding desa atau kotanya masing2. Yuk!

Salam Branding