1. Konsumen sesungguhnya tidak tau apa yang mereka mau.
2. Konsumen menjawab karena being polite. Kalau gak jawab dikira sombong.
3. Jawaban konsumen berdasarkan referensi masa lalu. Sulit dipakai basis inovasi masa depan.
4. Kalau kita mengikuti jawaban mayoritas kemauan konsumen maka bisnis kita akan “aman” karena pembelinya sudah ada. Sayangnya kita harus melayani konsumen dan kedepannya disetir oleh konsumen.
5. Benak konsumen itu sesungguhnya lentur dan siap menerima hal baru.
Saya lebih percaya pengamatan perilaku daripada jawaban pertanyaan yang terasa ‘fake’.
Persis waktu klien saya memaksa FGD buat tagline “Kopiko, gantinya ngopi”
Jawaban yang di peroleh “BIG NO NO”.
Permen gak bisa menggantikan ngopi. Gak ada sensasinya. Gak ada seruputnya. Gak ada hangatnya. Dll dll…
Sulit memaksa Client untuk trial 3 bulan dengan tagline “Gantinya ngopi”.
Untung pak Yogi selaku CEO berani ambil resiko.
Dan BOOM anda menyaksikan sendiri hasilnya.
Tapi ini saya ya. Kalau anda percaya riset ya bebas. Kita boleh sepakat utk tidak sepakat.